Melihat Dengan Mata Yang Lain

Fenomena 4 November ini begitu menggema.
Di Stasiun Televisi banyak tayangan tentang demo bela Islam.

Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, hanya saja menurut pandangan mata saya banyak intervensi yang terjadi.

Saya Islam, saya juga tidak suka Pak Ahok berkata dengan bahasa sekasar itu. Tapi saya juga memahami apa makna tersirat yang ingin Pak Ahok sampaikan.

Banyak postingan di wall fb saya yang membuat saya miris. Saya berteman dengan seorang Kristiani taat tapi saya belum pernah berjumpa wajah. Beliau memposting sebuah foto anak kecil yang membawa tulisan yang kemungkinan ditulis oleh orang tuanya. Isi tulisan itu intinya menolak Ahok dan menuntut Pak Ahok dihukum, dan sang anak, yang diketahui dari tulisan yang dia pegang  bernama Mutiara, siap mati untuk membela Islam.

Teman saya membuat caption yang menurut saya sangat sopan. Beliau tidak membahas jeleknya  Islam atau apapun. Beliau hanya memandang dari sudut pandang orang tua. Tidak sepantasnya orang tuanya memanfaatkan anak mereka untuk melancarkan idealisme mereka, agar terlihat wah dihadapan orang lain.

Captionnya memang sangat benar menurut saya. Tapi yang membuat saya sedih adalah orang- orang yang berkomentar pada postingan nya.  Tidak sedikit dari mereka yang secara terang - terangan menghina Islam. Bahkan ada yang saling beradu argumen menggunakan bahasa yang tidak pantas diucapkan umat beragama manapun.

Postingan senada juga disampaikan oleh teman saya yang lain yang beragama Buddha.  Beliau memposting sebuah foto penurunan patung di sebuah vihara, yang merupakan permintaan dari orang Islam di sana.

Beliau juga menuliskan di caption dengan bahasa yang baik yang sama sekali tidak menjelekkan Islam. Beliau menuliskan tentang sikap kedewasaan umat Buddha di sana, walaupun umat Buddha di sana sangat terluka dengan penurunan patung tersebut mereka tidak bersifat anarkis, dengan membalas perbuatan mereka dengan perang atau saing adu mulut di pengadilan. Bahkan mereka tidak berbondong-bondong berdemonstrasi untuk menuntut keadilan.

Ya itulah sikap kedewasaan yang mereka ungkapkan , dan saya pun sependapat dengan mereka. Tidak perlu melakukan hal yang berlebihan, dan sesuatu yang merugikan. Cukup menerima, saling menghargai,  saling toleransi, saling memberi,  saling mengingatkan, bersabar dan tawakal. Sikap kedewasaan yang seharusnya dipunyai oleh setiap insan manusia yang hidup dalam lingkungan yang beraneka ragam.

Saya sebagai seorang muslim.  Hanya bertugas saling mengingatkan, bahwa membela Islam yang baik dilakukan di zaman sekarang adalah :
1. Melaksanakan Sholat Tepat waktu dengan khusyu' dan tuma'ninah
2. Thoat kepada orang tua bagaimana pun dan kapan pun.
3. Sebagai wanita menjaga dan menutup aurat dan perhiasan yang paling berharga. 
4. Tidak berzina.
5. Selalu takut, taqwa,  tawakal  kepada Allah dimana pun berada.
Dll.
Semua hal tersebut di atas tertulis pada surat-surat di dalam A l - Quran.  Tidak hanya dalam Surat Al-Maidah saja, Surat lain pun banyak dan perintah Allah itu nyata. Akan kah kita hanya meyakini satu Surat saja dalam Al -Quran yaitu Surat Al-Maidah ayat 51 ???
Apakah kalian tahu hukumnya meyakini satu ayat dan menolak ayat lain?????
Coba kita renungi...

Bahwa hanya dengan bersikap dewasa, saling mengalah, menghargai, toleransi, menerima dan bersabar. Kita bisa Melihat Sesuatu Dengan Mata yang Berbeda.

Komentar

Anindita mengatakan…
thank you for sharing ya, dan tahnak you for the reminder :)

Postingan Populer